Bismillah, walhamdulillah, wassolatu wassalamu ala Rasulillah, wa ala alihi wa man walah..
Apakah orang Arab dahulu menggunakan kata "antum" untuk tunggal sebagai bentuk takzim/ pengagungan?
Ataukah merupakan bid'ah dalam bahasa Arab?
Lebih spesifik lagi, apakah orang Indo yang ngada ngada bikin kaidah kaya gini? Karena saya sempet denger bahwa ini tuh ya adat orang indo aja, di Arab kaga ada..
Oke akan kita bahas..
Bismillah..
Pertama, pendapat Dr. Mahir Solih (guru saya di Markaz Lughah)..
Beliau berpendapat bahwa hal ini merupakan bid'ah dalam bahasa Arab,, maksudnya orang Arab dulu ga ada yang yang pake domir jamak (kata ganti jamak) untuk mufrod (tunggal)..
Coba liat di Al-Maidah ayat 116:
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِن دُونِ اللَّهِ ۖ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ ۚ إِن كُنتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ ۚ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ ۚ إِنَّكَ أَنتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ
Ayat ini secara umum menceritakan apa yang akan Allah subhanah tanyakan kepada Nabi Isa alaissalam pada hari kiamat, beserta jawaban Nabi Isa alaissalam,, lebih lengkap nya lihat Tafsir Alwasith Syekh Thonthowi..
Kita fokus pada potongan dari jawaban Nabi Isa:
تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ
Di sana pake domir mufrod..
Dr. Mahir bilang,, tak ada yang lebih patut diagungkan kecuali Allah subhanah,, juga tak ada yang lebih patut mengagungkan Allah subhanah, kecuali para Nabi alaihimussalam..
Dan di ayat ini, yang digunakan adalah domir mufrod bukan jamak, seandainya memang ada penggunaan domir jamak untuk mufrod (sebagai pengagungan), tentulah di ayat ini pake domir jamak, yaitu:
تعلمون ما في نفسي ولا أعلم ما في نفسكم
Akan tetapi ayat nya tidak demikian, maka penggunaan domir jamak untuk mufrod (sebagai pengagungan) bukan termasuk adat Arab!
Sabar pak sabar,, baru satu pendapat :D
Pendapat lain..
Pakar Bahasa Arab, penulis mu'jam Maqoyis Lughoh yang terkenal, Ahmad bin Faris, dalam kitabnya Ash-shohibi fi Fiqhillughoh (yang juga dikutip Imam Suyuti dalam kitabnya Almuzhir fi Ulumillughoh), beliau mengatakan:
باب مخاطبة الواحد بلفظ الجميع
ومن سنن العرب مخاطبة الواحد بلفظ الجميع
فيقال للرجل العظيم: انظروا في أمري
وكان بعض أصحابنا يقول: إنما يقال هذا لأنّ الرّجل العظيم يقول: "نحن فعَلْنا" فعلى هذا الابتداء خُوطبوا في الجواب
قال الله جلّ ثناؤه: قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ
Intinya, menggunakan lafaz jamak untuk tunggal merupakan adat orang Arab..
Salah satunya, firman Allah subhanah (Al-Mu'minun ayat 99):
حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku semoga Engkau mengembalikanku (ke dunia)"
قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ
Nun nya berharokat kasroh ya, bukan fathah, aslinya ارجعونِي "ya" domir mutakallim mufrod mansub nya mahzufah karena suatu alasan tertentu,, nantikan tulisan selanjutnya insyaallah..
Kembali ke ayat..
قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ
Di sana fiil amr nya pake domir jamak (اِرْجِعُوْا) padahal mukhotobnya tunggal (رَبِّ).
Imam Qurthubi mengatakan dalam tafsirnya, ini adalah bentuk takzim (pengagungan), kalo bukan, pasti ayat nya jadi
رَبِّ ارْجِعْنِيْ
pake domir tunggal (اِرْجِعْ).
Sedangkan kenyataannya pake domir jamak..
Aaahh itu kan mukhotobnya bukan Allah subhanah, tapi malaikat, sebagaimana dikatakan Ibnu Juroij yang dikutip oleh Imam Qurthubi sendiri..
Ya mungkin, wallahu A'lam bimurodih kan..
Tapi, hal itu tidak menafikan bahwa penggunaan domir jamak untuk tunggal (sebagai bentuk takzim) adalah adat Arab..
Apakah ada pernyataan Ibnu Juroij yang menafikan hal tersebut?
Okelah di ayat itu kita katakan mukhotobnya malaikat, tapi apakah ini merupakan dalil bahwa tidak ada yang namanya pake domir jamak untuk takzim di orang Arab??
Begitupun jawaban bagi pendapat guru saya, Dr. Mahir,, oke di ayat Al-Maidah tadi ga pake domir jamak, tapi apakah hal tersebut menafikan keberadaan yang pake domir jamak sebagai takzim?
Mari kita lihat tafsir Qur'an para pakar Bahasa Arab..
Al-Kasy-syaf tulisan Syekh Mahmud Azzamakhsyari Sang Pakar Balaghoh misalnya..
Atau Elbahrul Muhith tulisan Syekh Abu Hayyan sang Pakar Nahwu contoh lain..
Apa yang mereka katakan?
Di Al-Kasy-syaf:
خطاب الله بلفظ الجمع للتعظيم كقوله: فإن شئت حرمت النساء سواكم، وقوله: ألا فارحموني يا إله محمد
Di Al-Bahrul Muhith:
وجمع الضمير في (ارجعونِ) إما مخاطبة له تعالى مخاطبة الجمع، تعظيما، كما أخبر عن نفسه بنون الجماعة في غير موضع
وقال الشاعر
فإنْ شئتِ حرّمتُ النساءَ سِواكُمُ
وقال آخر
أَلَا فَارْحَمُونِي يا إلهَ محمدٍ
وإما استغاث أولا بربه وخاطب ملائكة العذاب، وقاله ابن جريج
Lihat apa yang mereka katakan?
Mereka mengakui adanya penggunaan domir jamak untuk tunggal sebagai takzim..
Terlepas ayat ini salah satu contohnya atau bukan, hal tersebut tetap ada, tak bisa kita nafikan, kenapa? Yang emang ada pak :D
Kemudian sebagai syahid atau dalil, mereka berdua mengutip dua syair Arab..
فإنْ شئتِ حرّمتُ النساءَ سِواكُمُ
Pake jamak (سواكم) bukan mufrod (سواكِ).
أَلَا فَارْحَمُونِي يا إلهَ محمدٍ
Pake domir jamak (فارحموني) bukan (فارحمْني).
Dari semua pemaparan di atas, kita simpulkan bahwa penggunaan domir jamak untuk tunggal sebagai takzim (pengagungan) merupakan adat Arab asli,, bukan bid'ah dalam bahasa, bukan pula hasil ngada ngada orang Indonesia..
Maka kalo ada ungkapan "kang, antum mau ke mana?" Nah ini ga perlu disalahkan ya,, apalagi sampe ngomel ngomel "kamu salah itu pake antum, harusnya pake anta, saya ga pernah nemu di Quran, hadis, atau syair Arab pake domir jamak untuk tunggal sebagai takzim"..
Inget pak, ada kaidah umum yang sangat masyhur..
"عدم المعرفة لا يعني عدم الوجود"
Yang antum ga tau bukan berarti ga ada..
Oya ini ditulis bukan karena ada senior yang ngomel ngomel ke saya ya wkwkwk..
Ya lagi pengen aja :D
والله تعالى أعلى وأعلم
Hatur nuhun!
Referensi:
- Tafsir Alwasith, Syekh Thonthowi, Dar Nahdhoh Misr, Kairo, Cetakan pertama, 1997, Jilid 4 Hal. 347
- Ash-shohibi fi Fiqhillughoh, Ahmad bin Faris, Dar Kutub Ilmiyah, Beirut, Cetakan pertama, 1997, Hal. 162-163
- Almuzhir fi Ulumillughoh, Imam Suyuthi, Tahqiq: Fuad Ali Mansur, Dar Kutub Ilmiyah, Beirut, Cetakan pertama, 1998, Jilid 1, Hal. 263
- Tafsir Qurthubi, Imam Qurthubi, Tahqiq: Ahmad Barduni, Dar Kutub Misriyyah, Kairo, Cetakan ke-2, 1964, Jilid 12, Hal. 149
- Al-Kasy-syaf, Syekh Mahmud Azzamakhsyari, Dar Ma'rifah, Beirut, Cetakan ke-3, 2009, Hal. 715
- Al-Bahrul Muhith, Abu Hayyan Alandalusi, Dar Kutub Ilmiyah, Beirut, Cetakan ke-3, 2010, Jilid 6, Hal. 387-388
Markaz ACC (Arrisalah Ciamis Cairo), Maulin Arob, Kota Nasr, Kairo, Mesir.
31 Desember 2018
Muhammad Attasiki
No comments:
Post a Comment